Selasa, 08 Januari 2013

Back To Nature, Healthy, GO ORGANIK !

Saat ini masyarakat sudah mulai menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari bahan kimia yang terkandung didalam bahan pangan. Sehingga mereka lebih selektif dalam memilih makanan. Mereka lebih memilih bahan pangan  yang tidak menggunakan bahan kimia , seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik.
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. 
Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat.
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Sumber : http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/

dari SAMPAH menjadi RUPIAH , Yuk kita bikin Kompos !!

Pada dasarnya permasalahan tentang sampah tidak bisa kita hindari dari kehidupan sehari-hari. Semakin hari jumlah sampah di permukaaan bumi ini terus bertambah dan bertambah banyak, khususnya di Ibu kota DKI jakarta. Dalam satu hari saja jakarta dapat menghasilkan sampah mencapai ?±6500 Ton / hari.

Bukan hanya di jakarta saja.Hampir diseluruh dunia ini mempunyai masalah dengan sampah.Banyak negara – negara yang maju mencari solusi untuk menekan jumlah produksi sampah yang hampir setiap tahunnya bertambah.

Kalau kita teliti lebih dalam lagi masih masalah sampah pastinya tidak akan ada habisnya.Karena sampah tidak mungkin dapat dihilangkan dari permukaan bumi. Tapi paling tidak kita bisa meminimalisir prokduksi sampah yang berlebihan dengan cara 3R, yaitu :
  • ·Reduce / Mengurangi
Penghasilan sampah bisa dikurangi dengan mengurangi pemakaian material yang dapat menghasilkan sampah yang berlebihan.Jadi produksi sampah bisa berkurang.

  • ·Reuse / Digunakan kembali
Dengan menggunakan atau memanfaatkan kembali barang-barang yang dapat diolah kembali, penggunaan bahan-bahan yang ramah linkungan, tidak menggunakan kantong-kantong plasik.Karena kantong plastik sangat sulit diuraikan kembali.

  • ·Recycle / Daur ulang
Satu lagi yang tidak kalah penting yaitu pemanfaatan kembali sampah-sampah itu menjadi barang-barang bermanfaat.

Naaah saat ini kita akan melakukan Recycle/ Daur ulang sampah. Sampah organik seperti dedaunan, dapat didaur ulang menjadi kompos. Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik.

Sebelum membuat kompos, sediakan dahulu beberapa bahan, yakni:
• Hijau daun atau sampah dapur.
• gula pasir/gula merah.
• Bioaktivator (bisa berupa EM4).

Sementara itu, alat-alat yang diperlukan adalah:
• Pencacah (pisau atau mesin pencacah).
• Bak komposter mini lengkap dengan tutupnya (bisa dibuat dari ember bekas cat ukuran 25 kg).
• Sprayer untuk menyemprot bio aktivator.


Cara Pembuatan:
1. Pisahkan sampah daun/sayur dengan sampah non organik.
2. Rajang/cincang/cacah sampah organik dengan ukuran 1 - 2 cm.
3. Masukkan sampah organik yang sudah dicacah ke dalam komposter mini.
4. Semprot/siram sampah organik dengan larutan bioaktivator hingga merata dengan takaran satu tutup botol (10 cc), dicampur dengan satu liter air.
5. Tutup rapat-rapat bak komposter mini dan letakkan di tempat teduh. Lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah organik dan tutup kembali. Lakukan penambahan dan penyemprotan sampah organik secara berulang sampai bak komposter mini penuh.
6. Diamkan selama tujuh sampai 14 hari agar terjadi proses komposting yang akan menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair dan pupuk padat dipisahkan oleh saringan.
7. Pupuk cair dapat diambil dengan membuka keran mulai pada hari ke-5 dan seterusnya. Jika air lindi (pupuk cair) berbau tak sedap, campurkan dengan air dengan perbandingan 1 : 5. Tambahkan pula satu sendok makan kapur sirih yang dilarutkan dengan air, kemudian tuang ke dalam botol lindi. Warna lindi akan berubah jadi agak jernih dan tak berbau.
8. Ambil pupuk padat yang sudah menjadi bubur kompos, tambahkan bahan aditif (dapat berupa sekam, arang sekam, serbuk gergaji perbandingan 2 : 1).
9. Sebelum digunakan sebagai pupuk atau media tanam, kompos harus terlebih dahulu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
10. Pupuk organik cair dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman. Apabila pupuk cair organik akan disimpan, sebaiknya difermentasi dahulu dengan bahan bioaktivator dengan perbandingan 4 : 1.

Selamat mencoba ((:

Sumber :
http://forum.kompas.com/properti/60245-buat-pupuk-kompos-sendiri-gampang-kok.html
http://carapedia.com/proses_peman_pupuk_kompos_info709.html



Lahan Sempit Bukan Berarti Tak Dapat Berkebun !!


Saat ini jumlah penduduk semakin padat, lahan pun menjadi sempit. Tak jarang orang yang mempunyai rumah dengan halaman yang tidak luas. Namun, siapa yang tak ingin betkebun ? berkebun tentu menjadi keinginan tiap orang pada umumnya.
Untuk anda yang mempunyai lahan yang tidak begitu luasnamun mempunyai impian berkebun yang besar, maka jangan khawatir, sistem vertikultur dapat mewujudkan impian anda untuk berkebun. 
Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot yang disusun/dirakit horizontal dan vertikal atau bertingkat. Cara tanam ini diusahakan pada lahan terbatas atau halaman rumah. Jenis tanamannya adalah tanaman sayuran atau tanaman hias. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam budidaya tanaman secara vertikultur antara lain: pot/tempat tumbuh tanaman dapat menggunakan bahan bambu atau paralon, media tumbuh tanaman dan jenis tanaman yang akan ditanam.
Cara penanaman tergantung pada jenis tanamannya. Ada yang dapat ditanam langsung di wadah vertikultur, ada yang harus disemai dulu baru ditanam, dan ada yang harus disemai kemudian disapih dan baru ditanam di wadah. Pesemaian dibutuhkan oleh tanaman yang berbiji kecil, misalnya sawi, kubis, tomat, cabai, terong, lobak, selada dan wortel. Untuk tanaman yang bernilai ekonomis tinggi dan membutuhkan perawatan yang agak khusus, misalnya paprika, cabai hot beauty atau cabai keriting dan tomat buah dilakukan cara penanaman yang terakhir. 
Teknik vertikultur bisa dikembangkan dengan menggunakan rak, menyusun batako di pojok tembok atau lainnya. Sementara, sebagai wadah tanaman, bisa digunakan gelas plastik dari air kemasan, botol bekas sampai kemasan tetrapak. Banyak tanaman bisa ditumbuhkan dengan teknik ini, tidak rusak juga. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman, bisa digunakan campuran tanah dengan kompos cacing dengan perbandingan 3:1. Pemeliharannya mudah, cukup dengan disemprot air. Dengan teknik vertikultur, maka setiap rumah tangga bisa memproduksi sayuran organik secara mandiri. Selain itu, kesehatan juga bisa diupayakan dengan herbal yang ditumbuhkan sendiri. Rumah juga lebih indah berkat tanaman hias
Kelebihan sistem pertanian vertikultur: (1) efisiensi penggunaan lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3) kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5) mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman, dan (6) adanya atap plastik memberikan keuntungan (a) mencegah kerusakan karena hujan, (b) menghemat biaya penyiraman karena atap plastik mengurangi penguapan. Kekurangannya adalah (1) rawan terhadap serangan jamur, karena kelembaban udara yang tinggi akibat tingginya populasi tanaman adanya atap plastik, (2) sistem penyiraman harus kontinu, dan diperlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman. Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus (modifikasi dari sistem green house) maupun tanpa bangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan di tembok-tembok. Wadah tanaman sebaiknya disesuaikan dengan bahan yang banyak tersedia di pasar lokal. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastik dan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitas dan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar.

Sumber : http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/07/17/vertikultur-solusi-menanam-bagi-lahan-sempit/